Sabtu, 02 Mei 2009

Syair Syekh Yusuf

Posted by Asas CnC @rt On 04.12
TANJUNG

Taufiq Ismail

kepada saudara-saudaraku di Cape

hilang berabad, demikian lamanya

Apa arti Afrika bagiku, begitu aku bertanya sendiri

Suatu malam pada minggu ketiga syawal ini

Langit jernih dan bulan sabit di atas Desa Pandan

Apa makna Afrika kawasan selatan bagiku dalam perjalanan

Aku bersimpuh sunyi di lantai masjid Kampung Pandang


Kipas angin telah berhenti berputar dan panas terasa menekan

Penerbangan di atas benua yang mendebarkan

Ada hutan raksasa dan ada sayup-sayup savanna

Ada hippo, ada rhino lalu kawanan burung falmingo

Gundukan keping emas debu intan tanah menyilaukan bumi

Dan kulihat darah bersemburan di sela-selanya

Lalu gemuruh kaki berlari, tambur berdentuman

Kudengar deru angin barat pada tujuh layar yang berkibar

Kapal dari Tanah Rendah di Tanjung turun jangkar

Vereenigde Oost-Indische Compagnie. VOC.

Kudengar hyena dan wildebeest meraung di belantara luas

Kulihat darah berserakan di atas logam dan batu-batuan

Kudengar bunyi angin timur pada layar berkibar-kibar

Kapal dari khatulistiwa di Tanjung buang jangkar

Turunlah Syekh Yusuf di benua selatan

Lelaki pemberani yang menjalani pembuangan

Pemikir dalam sunyi yang mengguratkan tulisan

Ditakuit ketika memimpin pertempuran

Ditakuti ketika sudah jadi tulang-belulang

Ya Syekh, apa gerangan gumam zikirmu

Yang sepanjang butir tasbihmu gemerlapan 300 tahun

Rata di atas dua samudera, mendaki langit lapis berlapis

Ada hyena dan wildebeest meraung di belantara luas

Ada ceceran darah, bertabur, kering dan basah

Tibalah Tuan Guru dari pulau sangat jauhnya

Lelaki pejuang yang menjalani pembuangan

Di dalam ingatannya tersimpan 30 juz Al-Quran

Dari jemarinya mengalir makrifah sebagai tulisan

Simaklah muridnya di madrasah Dorp Street bernyanyi:

“Alief dettis a, alief bouwa ie, alief dappan oe

a, ie, oe

Bah dettis bah, bah bouwa bieh, bah dappan boeh

bah, bieh, boeh

Ta dettis ta, ta bouwa tie, ta dappan toe

ta, tie, toe…”

Wahai Tuan Guru, apa gerangan wirid zikirmu

Kemilau tasbih 200 tahun menyeberangi dua samudera

Melayangi tujuh lapis langit bagaimana aku mengukurnya

Senjata rahasia di benua buangan sejauh ini

Bersama rombongan orang seperjalanan ini

Beribu-ribu, berperahu, menyandang takdir misteri

Melata terbungkuk, menyeret berat logam belenggu

Ditiup angin timur ke benua ini

Samudera yang menghanyutkan nasib

Lewat abad-abad gemuruh dengan cakar yang perih

Kudengar raungan hyena dan wildebeest di belantara

Kulihat bercak merah, berserak dan basah.


KL, April 1993
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar